Tuesday, October 9, 2012

Rumah Adat Terunik

Beragam suku di Indonesia punya rumah adat yang berbeda. kalau ingin melihat yang paling unik, datang saja ke Desa Wae Rebo di Flores. Ada rumah adat yang berbentuk kerucut.
Wae Rebo di Kabupaten Manggarai, NTT, bukanlah desa biasa. Desa tradisional ini diapit oleh gunung dan hutan, membawa udara dingin yang menusuk tulang. Kehidupan di Wae Rebo sangat bersahaja. Masyarakatnya menyatu dalam keharmonisan.

Salah satu bukti keharmonisan tersebut adalah rumah adatnya, yang diberi nama Mbaru Niang. Rumah ini berbentuk kerucut dan punya 5 lantai didalamnya. Sekilas, Mbaru Niang mirip seperti Honai (rumah adat suku Dani di Papua). Namun, bentuk kerucut di Mbaru Niang lebih mendominasi bangunan dengan atap yang hampir menyentuh tanah.

Atap rumah ini terbuat dari daun lontar. Dari 5 tingkat yang ada di dalam rumah ini, tingkat pertama disebut lutur atau tenda. Inilah tempat tinggal sang penghuni rumah.
Tingkat kedua, atau lobo, adalah tempat menyimpan bahan makanan atau barang. Naik satu lantai menuju tingkat 3, disebut juga lentar, adalah tempat menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam. Tingkat 4, disebut lempa rae, adalah tempat menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang banyak.
Di tingkat 5, yakni lantai paling atas, wisatawan bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah. Lantai ini disebut hekang kode, ditujukan untuk arwah leluhur yang disucikan oleh masyarakat setempat.

Masyarakat Desa Wae Rebo cukup sensitif terhadap panen. Mereka memandang tanah dan alam sekitar sama seperti manusia, sama-sama makhluk hidup, sama-sama harus dihormati. Sebelum bercocok tanam masyarakat Desa Wae Rebo melakukan ritual khusus untuk menghormati kekayaan alam disekitar mereka.

Kekayaan budaya di Desa Wae Rebo menjadi magnet bagi para turis di Flores. Untuk mencapainya, dibutuhkan 4 jam perjalanan darat dari Ruteng dengan medan berkelok menuju Desa Dintor. Dari Dintor, trek langsung menanjak. Melewati pematang sawah dan jalan setapak dari Sebu sampai Denge. Tak sampai disitu, perjalanan masih berlanjut menuju Sungai Wae Lomba. Barulah setelah sungai itu, anda akan tiba di Desa Wae Rebo.

Selain merasakan kehidupan sederhana masyarakat setempat, wisatawan juga bisa membeli oleh-oleh khas berupa sarung tenun. Harganya sekitar Rp. 300.000-400.000. Tidak terlalu mahal, mengingat kain ini dibuat dengan bahan  dan alat-alat tradisional.
Jangan malu bertanya, karena warga Desa Wae Rebo akan menjawab dengan ramah. Mereka juga akan mempersilakan wisatawan masuk ke dalam Mbaru Niang dan melihat seisinya. Asal, mintalah dengan baik-baik dan penuh senyuman.